Spiga

Rp.10.000,- 3 Lembar

Rp.10.000,- 3 Lembar
 
Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini yang baru duduk di kelas 3 SD untuk mengatur uang jajannya. Sang anak diberi uang Rp 30.000 per minggu (termasuk ongkos ojek). Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah.
 
Pada minggu pagi mereka berdua hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat, tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya.
 
Ditengah keasyikan sang ayah dan anaknya menikmati hari libur mereka, tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek pengemis yang telah tua renta sambil memelas. Tak tega melihat sang kakek tua memelas, sang anak dengan sigap
langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya.
 
Kontan saja kakek pengemis ini terlihat sangat senang Seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira kepada sang anak dan ayahnya ini.
 
Setelah si kakek tua berlalu, kemudian sang ayah bertanya; “Sayang, kenapa kamu berikan semua uangmu untuk kakek itu? Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam?”
 
“Ayah… kalau kakek tua itu ikhlas menerima yang sedikit maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum..
 
“Tek!!!” Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut.
 
“Nah, terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana?” Tanya sang ayah mencoba menguji.
 
“Kan aku masih punya ayah dan bunda! Tidak seperti kakek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatang kara di dunia ini.” Balas anaknya.
 
“Kenapa kamu begitu yakin kalo ayah dan bunda akan mengganti uang jajanmu? Ayah nggak janji loh?” Kembali sang ayah mengujinya.
 
“Kalo ayah merasa bahwa aku adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada ayah dan bunda, maka aku sangat yakin ayah dan bunda tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek tua itu..” Jawab sang anak mantap.
 
Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putranya hingga ia kehabisan kata-kata. Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD. Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang ulama besar dan ia tak bernilai apa-apa ketika berada dihadapannya.
 
Lalu ia berjongkok dan memegang kedua pundak anaknya.. “Sayang…ayah dan bunda janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Allah tetapkan batas umur ini. Ayah sangat sayang padamu..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru..
 
 
Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak membalas, “Ayah tak perlu berkata seperti itu. Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan bunda sangat mencintai dan menyayangiku. Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan bunda, dan aku tidak akan membiarkan ayah dan bunda hidup di jalan seperti kakek tua itu…”
 
Dan air mata sang ayahpun tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya. Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat. Dan kedua larut dalam haru dan kasih sayang.
 
Sahabat....., Luqman adalah tokoh orang tua yang bijak dalam mendidik anak yang diabadikan dalam Al-Qur’an, ada beberapa Nasehat dari Lukman kepada anaknya yang bisa kita ambil sebagai pelajaran kepada anak-anak kita atau anak buah kita ( tentu saja redaksinya silahkan Anda rubah sesuai dengan kondisi ), nasehat-nasehat tersebut diantaranya :
 
1. Anakku ketahuilah sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak yang karam ke dalamnya bila engkau ingin selamat , agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang bernama taqwa, isinya ialah iman dan layarnya adalah tawakkal kepada Allah
 
2. Orang yang senantiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasehat, maka dirinya akan mendapatkan penjagaan dari Allah. Orang yang insyaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, dia kan senantiasa menerima kemuliaan dari Allah juga.
 
3. Orang yang merasa dirinya hina dan merasa rendah dalam beribadah dan taat kepada Allah, jadilah ia tawadlu'’ kepada Allah , dia akan lebih dekat dengan Allah dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada-Nya.
 
4. Hai anakku; seandainya orang tuamu marah kepadamu karena kesalahanmu maka marahnya orang tua itu adalah bagaikan pupuk bagi tanaman.
 
5. Jauhkanlah dirimu dari berhutang, karena berhutang itu menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.
 
6. Senantiasalah berharap kepada Allah tentang sesuatu yang menyebabkan untuk tidak mendurhakai Allah. Takutlah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takut, tentulah engkau akan lepas dari sifat keputusasaan dari Rahmat-Nya
 
7. Hai anakku; seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya karena tidak dipercyai orang dan seorang yang telah bejat akhlaknya akan senantiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mau mengerti.
 
8. Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi dari pada itu semua adalah bilamana engkau mempunyai tetangga yang jahat.
 
9. Hai anakku; janganlah sekali-kali engkau mengirimkan seseorang yang bodoh menjadi utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdas dan pintar, sebaiknya dirimu sendirilah yang menjadi utusan.
 
10. Jauhilah sifat dusta, sebab berdusta itu enak sekali mengerjakannya, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit saja berdusta itu telah memberikan akibat yang berbahaya.
 
11. Hai anakku ; bila engkau menghadapi dua alternative takziah orang mati ataukah menghadiri pesta perkawinan maka hendaklah engkau memilih untuk melayat orang mati, sebab melayat orang mati itu akan mengingatkanmu pada kampung akhirat, sedangkan menghadiri pesta perkawinan itu akan mengingatkanmu kesenangan duniawi saja.
 
12. Janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, karena sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu alangkah lebih baiknya bila diberikan kepada anjing saja.
 
13. Hai anakku; janganlah kamu langsung menelan saja karena manisnya barang dan janganlah kamu langsung memuntahkan barang karena pahitnya. Karena yang manis itu belum tentu menimbulkan kesegaran, dan yang pahit itu belum tentu menimbulkan kegetiran.
 
14. Makanlah makananmu bersama-sama dengan orang yang taqwa dan musyawarahkanlah urusanmu dengan para alim ulama dengan cara memohon nasihat kepadanya.
 
15. Hai anakku; bukanlah suatu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu namun engkau tidak mengamalkannya. Hal itu tak ubahnya bagaikan seorang yang mencari kayu bakar, banyak terkumpul maka ia tidak kuat memikulnya tetapi ia masih selalu menambahnya juga
 
16. Hai anakku; bila engkau ingin menemukan kawan sejati, maka ujilah dahulu dengan membikin dia marah bila dalam kemarahannya itu dia masih berusaha menginsyafkan atau menyadarkan kamu, maka bolehlah dia engkau ambil sebagai kawan. Bila tidak demikian maka berhati-hatilah engkau terhadapnya.
 
17. Selalulah baik tutur katamu dan halus budi bahasamu serta manis wajahmu, karena engkau akan disukai orang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang berharganya.
 
18. Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkan dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya namun biarkan dia yang mengharapkan sesuatu darimu.
 
19. Jadikanlah dirimu dalam segala perilakumu sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau orang yang mengharapkan sanjungan orang lain, karena motivasi riya/pamrih itu menimbulkan cela.
 
20. Hai anakku; usahakanlah agar mulutmu jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, karena engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara usahakanlah agar bicaramu mendatangkan kemanfaatan bagi orang lain.
 
21. Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu direpotkan dunia saja karena engkau diciptakan ke dunia bukanlah untuk dunia saja. Sesungguhnya tak ada makhluk yang paling hina dari pada orang yang terpedaya oleh dunia.
 
22. Hai anakku janganlah engkau mudah tertawa kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan engkau berjalan tanpa tujuan pasti, janganlah engkau menanyakan sesuatu yang tidak ada gunanya bagimu, janganlah menyia-nyiakan hartamu.
 
23. Barang siapa yang penyayang akan disayang, barang siapa pendiam tentu akan selamat dari berkata yang mengandung racun, dan barang siapa yang tidak bisa menahan lidahnya dari berkata kotor tentulah akan menyesal.
 
24. Hai anakku; bergaullah rapat engkau dengan orang Ulama dan Ilmuwan, perhatikan lah nasihat dan perkataannya karena sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur tersiram air hujan.
 
25. Hai anakku; ambillah harta dunia sekedar keperluanmu, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu. Janganlah kau tendang dunia ini ke keranjang sampah karena nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya jangan engkau peluk dunia ini serta mereguk habis airnya karena sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.
 
 


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.

SINAR CAHAYA AYAT KURSI

Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan...
 
SINAR CAHAYA AYAT KURSI
 
Dlm sebuah hadis, ada menyebut perihal seekor syaitan yang duduk di atas pintu rumah. Tugasnya ialah untuk menanam keraguan di hati suami terhadap kesetiaan isteri di rumah dan keraguan di hati isteri terhadap kejujuran suami di luar rumah. Sebab itulah Rasulullah tidak akan masuk rumah sehingga Baginda mendengar jawaban salam dari isterinya. Di saat itu syaitan akan lari bersama-sama dengan salam itu.
 
Hikmat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-hadis:
 
1) Barang siapa membaca ayat AlKursi bila berbaring di tempat tidurnya,
Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.
 
 
2) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu,
dia akan berada dalam lindungan Allah SWT hingga sembahyang yang lain.
 
3) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, dia akan
masuk syurga dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah SWT akan
memelihara rumahnya dan rumah-rumah disekitarnya.
 
4) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap-tiap shalat fardhu,
Allah SWT menganugerahkan dia setiap hati orang yang bersyukur, setiap
perbuatan orang yang benar, pahala nabi2, serta Allah melimpahkan rahmat padanya.
 
5) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, makaAllah SWT mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya - mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
 
6) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang, Allah SWT
akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang
berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.
 
7) Barang siapa yang membaca ayat Al-Kursi ketika dalam kesempitan
niscaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya.
 
Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda, "Sampaikanlah
pesanku biarpun satu ayat..."
 
"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk Dunia-mu, utamakan SHOLAT dan ZAKAT
untuk Akhirat-mu"
 
Subhanallah...
 


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.

FW: Path To Paradise


 

 

Path

To

Paradise

 

sajda.jpg

 

Every Friday afternoon, after the Juma prayers, the Imam and his eleven year old son would  go out into their town and hand out "Path To Paradise" and other Islamic literature.

 

This particular and fortunate Friday afternoon, as the time came for the Imam and his son to go to the streets with their booklets,  it was very cold outside, as well as pouring rain.

 

slide10c.jpg

 

The boy bundled up in his warmest and driest clothes and said, ’OK, dad, I'm ready!'

 

His dad asked, 'Ready for what?'. 'Dad, it's time we go out and distribute these Islamic books.' Dad responds, 'Son, it's very cold outside and it's pouring rain.'  

The boy gives his dad a surprised look, asking, 'But Dad, aren't people still going to hell, even though it's raining?'

 

Dad answers, 'Son, I am not going out in this weather.'  Despondently, the boy asks, 'Dad, can I go Please' His father hesitated for a moment then said, 'Son, you can go. Here are the booklets. Be careful son.'

'Thanks, Dad!'

 

slide30k.jpg

 

And with that, he was off and out into the rain. This eleven year old boy walked the streets of the town going door to door and handing everybody he met in the street a pamphlet or a booklet.

 

After two hours of walking in the rain, he was soaking, bone-chilled wet and down to his very last booklet.

 

He stopped on a corner and looked for someone to hand a booklet to, but the streets were totally deserted.

 

Then he turned toward the first home he saw and started up the Side walk to the front door and rang the door bell. He rang the bell, but nobody answered…

He rang it again and again, but still no one answered. He waited but still no answer.

 

Finally, he turned to leave, but something stopped him. Again, he turned to the door and rang the bell and knocked loudly on the door with his fist. He waited, something holding him there on the front porch!

He rang again and this time the door slowly opened.

 

slide35m.jpg

 

Standing in the doorway was a very sad-looking elderly lady. She softly asked, 'What can I do for you, son?' With radiant eyes and a smile that lit up her world, this little boy said, 'Ma'am, I'm sorry if I disturbed you, but I just want to tell you that Allah really loves and cares for you and I came to give you my very last booklet which will tell you all about God, the real purpose of creation, and how to achieve His pleasure.' With that, he handed her his last booklet and turned to leave. She called to him as he departed. 'Thank you, son! And God Bless You!'

 

Next week on Friday afternoon after Juma prayers, the Imam was giving some lectures. As he concludes the lectures, he asked, 'Does anybody have questions or want to say anything?' Slowly, in the back row among the ladies, an elderly lady's voice was heard over the speaker.

'No one in this gathering knows me. I've never been here before. You see, before last Friday I was not a Muslim, and thought I could be.

 

My husband died few years ago, leaving me totally alone in this world. Last Friday, being a particularly cold and rainy day, I was contemplating suicide as I had no hope left.

 

So I took a rope and a chair and ascended the stairway into the attic of my home.. I fastened the rope securely to a rafter in the roof then stood on the chair and fastened the other end of the rope around my neck. Standing on that chair, so lonely and broken- hearted. I was about to leap off, when suddenly the loud ringing of my doorbell downstairs startled me.

 

I thought, I'll wait a minute, and whoever it is will go away.

I waited and waited, but the ringing doorbell seemed to get louder and more insistent, and then the person ringing also started knocking loudly....

I thought to myself again, 'Who on earth could this be?

 

Nobody ever rings my bell or comes to see me. I loosened the rope from my neck and started for the front door, all the while the bell rang louder and louder.

 

When I opened the door and looked I could hardly believe my eyes, for there on my front porch was the most radiant and angelic little boy I had ever seen in my life. His smile, oh, I could never describe it to you! The words that came from his mouth caused my heart that had long been dead to leap to life as he exclaimed with a cherub-like voice: 'Ma'am, I just came to tell you that Allah really loves and cares for you!'.

 

slide38.jpg

 

Then he gave me this booklet, Path To Paradise that I now hold in my hand.

 

As the little angel disappeared back out into the cold and rain,  I closed my door and read slowly every word of this book.

 

Then I went up to my attic to get my rope and chair.

I wouldn't be needing them anymore.

 

You see? I am now a Happy Vicegerent of the One True God.

 

Since the address of your congregation was stamped on the back of this booklet, I have come here to personally say "Thank You" to God's little angel who came just in the nick of time and by so doing, spared my soul from an eternity in hell.'

 

There was not a dry eye in the mosque.

The shouts of Takbir... ALLAH AKBAR... rented the air.

 

Imam-Dad descended from the pulpit to the front row where the little

angel was seated....

 

He took his son in his arms and sobbed uncontrollably.

 

Probably no jama'at has had a more glorious moment, and probably this universe has never seen a father that was more filled with love and honor for his son...

Except for one.

This very one...  

 

Q 5:3: This day I've perfected your religion for you, and completed my favor on you, and chose Islam for you as religion....

 

God Bless Us All...

 

 


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.

Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana

"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. "
-- Anonim

HAMDAN adalah sebuah anomali. Dia pergi ke kantor hanya dengan mengendarai sepeda motor yang sudah butut. Helmnya pun bau apak. Jaketnya kumal. Padahal Hamdan merupakan orang penting di sebuah perusahaan. Dialah yang menjadi pengatur keluar masuknya barang yang menjadi komoditas perusahaannya. Hamdan berkali-kali mengatakan dirinya hanya berusaha keras menjalankan pekerjaan dengan baik. Sehari-hari dia mencatat dengan penuh ketelitian, agar jangan sampai satu barang pun lenyap ataupun nyelonong ke tempat lain.

Ketelitian menjadi panglima. Kejujuran menjadi napas dalam hidupnya. Berkali-kali dia berperang dengan sikapnya itu. Tatkala keluarganya membutuhkan uang berlebih untuk sebuah keperluan, dia hanya mengandalkan tabungannya yang tak seberapa. Begitu selalu. Hamdan pun dicap sebagai orang aneh.

Hingga pada suatu saat ketika Hamdan telah pensiun, mantan koleganya menghubunginya meminta bertemu. Ternyata koleganya memintanya mengelola pendistribusian barang-barang di perusahaannya. Tentu dengan gaji dan fasilitas yang menggiurkan, yang tidak didapatkan oleh Hamdan di perusahaan sebelumnya. Sang kolega pun berbaik hati dengan menawarkan kerjasama kepada Hamdan bila berminat, untuk menaruh saham di perusahaan tersebut. Hamdan tak membuang kesempatan emas ini. Jadi Hamdan tidak hanya mengelola, tapi juga diberi kesempatan memiliki perusahaan yang ditanganinya sekarang.

Rupanya, inilah buah kejujuran yang dimiliki Hamdan. Sang kolega mempercayai penuh kejujuran yang dimiliki Hamdan, ditambah dengan kecakapannya mengelola pendistribusian barang.

Kejujuran, dan juga kisah Hamdan sendiri, memang menjadi sesuatu yang aneh dan langka. Tak usah mencari jauh-jauh contohnya. Bacalah koran, tonton tivi, atau dengarlah radio. Setiap hari kita jumpai kasus korupsi, perampokan, penipuan, pencurian, tindak kekerasan, perselingkuhan, atau kasus kriminal lainnya. Kesemuanya bermuara pada satu hal, bahwa komitmen mengenai kejujuran tidak terpenuhi.

Jujur tak hanya diartikan secara harfiah sebagai 'berkata benar, mengakui atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran'. Tapi juga dalam pengertian yang lebih luas, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak berbuat tindak kekerasan, tidak melakukan selingkuh, dan sejumlah `tidak' lainnya, merupakan bentuk lain dari sebuah kejujuran.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan komitmen untuk pemenuhan kejujurannya. Dalam jenis pekerjaan apapun, nilai sebuah kejujuran tak bisa ditawar-tawar lagi. Anda harus memegang teguh pada komitmen dimanapun Anda berada dan bekerja. Tidak boleh berbohong. Tidak boleh menipu. Tidak boleh merekayasa. Bagaimana Anda mau dikatakan jujur, jika hendak menjadi caleg saja harus menyogok. Bagaimana Anda mau dikatakan jujur, jika Anda membohongi publik dengan aksi menggoreng saham, yang nilai sahamnya memang tidak sebanding dengan nilai buku perusahaan.

Lantas, bagaimana agar nilai-nilai kejujuran dapat terus berkembang? Kejujuran sesungguhnya dapat ditularkan. Sama seperti virus, ia dapat menyebar dengan cepat. Suri tauladan yang baik selalu berawal dari atas. Dalam psikologi, dikenal prinsip modelling. Artinya murid akan dengan mudah meniru perilaku tertentu melalui proses peniruan terhadap model. Siapa saja dapat bertindak sebagai model. Pemimpin, orangtua, guru, orang-orang yang mempunyai banyak penggagum, ataupun orang-orang yang mempunyai pengikut. Jadi, bila pemimpinnya tidak jujur, sulit mengharapkan rakyatnya juga berlaku jujur. Jika seorang pejabat korupsi, jangan salahkan kalau  bawahannya ikut-ikutan korupsi. Dan, jangan juga salahkan sang anak yang malas belajar karena asik menonton televisi, sementara sang anak melihat ibunya asik menonton sinetron.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kejujuran sulit diterapkan dalam dunia bisnis dan politik. Pertimbangan moral dikesampingkan dan lebih mengedepankan nafsu untuk mencari untung atau kekuasaan semata. Benarkah demikian? Sebaliknya. Padahal, kejujuran akan membawa pada kelanggengan. Kepercayaan, lebih-lebih dalam dunia bisnis, membutuhkan prasyarat bernama karakter. Karakter dibangun dari dua hal utama; kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran berbicara tentang moralitas dan etika. Sedangkan tanggung jawab berhubungan dengan kompetensi. Di negeri ini, banyak pebisnis yang sukses dan politisi yang dikenang hingga kini karena kejujuran yang dianutnya selama ini. Nilai-nilai yang mereka anut untuk: tidak ngembat sana-sini, tidak ngemplang, tidak sikut kanan-kiri, tidak merekayasa nilai proyek, tidak mengulur-ulur penjualan saham, atau tidak ngadalin mitra kerjanya.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan pengorbanan untuk menunda kesenangan. Meniti dan mencapai hasil sesuai dengan usaha tanpa harus memark-up atau menipu. Apa enaknya, bila kesuksesan diraih dengan begitu cepat, tetapi dengan mengorbankan nilai-nilai kejujuran. Hidup tak tentram, tidurpun tak nyenyak.


Kejujuran memerlukan kesadaran untuk paham akan batas kelemahan diri sendiri dan tidak sungkan untuk mengaku salah. Dan juga sebaliknya, bersedia memaafkan kelemahan orang lain. Kejujuran juga berarti sadar bila tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Jika kemampuan Anda mengangkat beban hanya lima kilo, jangan memaksakan Anda mengangkat hingga mencapai sepuluh kilo. Jika harga saham sesungguhnya hanya seribu perak, jangan dipaksakan dijual lima ribu perak.

Kejujuran merupakan salah satu kunci untuk mengatasi masalah hidup berbangsa dan bermasyarakat di negeri ini. Seperti pepatah lama Belanda yang mengatakan, eerlijk duurt 't langst, jujur itu langgeng. Percayalah.

 


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.

Beli Tiket Pesawat dengan Shalat Tahajud

Beli Tiket Pesawat dengan Shalat Tahajud

oleh M. Arif As-Salman

Wajahnya tampak berseri, hatinya diliputi kebahagiaan. Apa yang selama ini ia harapkan kini telah tercapai. Tak terhingga rasa syukurnya pada Allah ta`ala, yang telah mengabulkan doa-doa yang ia panjatkan di keheningan malam, di saat manusia terlelap tidur.

Ia bertambah yakin pada janji-janji Allah. Ia semakin mantap dalam keimanannya. Amal solehnya bertambah giat dan doa-doanya semakin panjang dan khusyuk.

Sudah sekian tahun ia hidup di negeri para Nabi ini, dalam pengembaraannya mencari ilmu. Berbagai manis-asam garam kehidupan telah ia rasakan. Pahit dan getirnya telah ia lalui. Namun ia selalu tampak tabah dan gagah. Tak tergores kegundahan di wajahnya dan tak berbekas kegelisahan di sinar matanya.

Saya acap kali bertemu dengannya dalam beberapa kesempatan. Setiap kali berjumpa, wajahnya seakan  tak pernah jemu tersenyum pada semua orang. Semangat hidupnya seolah tak pernah padam. Saya salut dengan Ust. Abu Anshar-nama samaran- yang telah dikarunia dua orang anak laki-laki ini.  

Sore itu, selepas shalat ashar, seorang sahabatnya Ust. Hamdani-nama samaran- memberitahukan kepada saya bahwa Ust. Abu Anshar saat ini tengah berada di Indonesia.

"Ada kisah yang sangat menarik dan mengandung banyak pelajaran dari kepulangan ust. Abu Anshar," cerita  ust. Hamdani kepada saya.

"Apa hal yang menarik itu Ustadz?"  Tanya saya penuh penasaran.

Ust. Hamdani mulai bercerita, "Hari itu ust. Abu Anshar  datang ke rumah saya. Ia bercerita, bahwa akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini untuk menjenguk keluarganya yang tertimpa musibah gempa di kampung halaman. "

"Saya pulang bukan karena banyak uang, tapi alhamdulillah ada rezki dari Allah",  kata ust. Abu Anshar.

Saya pun  jadi penasaraan, "Bagaimana rezki itu datang Ustaz?" Tanya saya padanya.

Mulailah Ust. Abu Anshar bercerita pada saya, "Begini, beberapa hari yang lalu, saat saya shalat isya di mesjid dekat rumah saya, seorang laki-laki  dari Arab Saudi yang tengah transit di Mesir menghampiri saya.

"Assalamu`alaikum, kamu orang Indonesia?

"Wa`alaikum salam, iya, betul.."

"Kamu tinggal dimana?"

"Saya tinggal dekat dari sini."

"Sering shalat ke mesjid?"

"Alhamdulillah, saya selalu berusaha untuk shalat di mesjid lima waktu"

"Bagus sekali jika begitu, semoga tetap istiqamah ya"

"Amin", jawab saya.

Kemudian ia bertanya lagi.

Oiya, di Indonesia kamu tinggal di mana?"

"Saya tinggal di Sumatera."

"Oh, saya dengar Sumatera terkena musibah gempa beberapa waktu yang lalu.."

"Iya.."

"Bagaimana dengan keluarga kamu, adakah yang menjadi korban?"

"Alhamdulillah keluarga selamat, hanya saja rumah salah seorang keluarga kami hancur.."

"Innalillahi wainna ilaihi raji`un.."

"Kenapa kamu tidak pulang?"

"Saya diminta pulang oleh keluarga, tapi, belum ada rezki.."

"Oh begitu..Sabar ya, semoga Allah bantu dan berikan kemudahan.."

"Amin"

Tak lama kemudian, setelah sedikit ngobrol agar saling kenal. ia meminta izin untuk pergi, sebelum pergi ia memberi dua orang anak saya  yang ikut shalat bersama saya, uang Le 10 (lebih kurang 17.000,-).  

Esoknya saya kembali bertemu dengannya ketika shalat subuh di mesjid. Usai shalat ia mendatangi  saya. Sambil mengeluarkan amplop yang ia keluarkan dari sakunya ia berkata,

"Saudaraku, ini ada sedikit rezki untuk kamu dari saya. Mudah-mudahan bisa membantu kesulitan yang kamu dapatkan saat ini."

"Saya bingung dan heran. Saya berusaha untuk menolak. Tapi, ia tetap memaksakan juga. Akhirnya, ia memasukkan amplop itu ke dalam saku baju saya. Hati saya masih berdebar. Belum selesai hati dan pikiran saya dari tanda tanya. Ia memohon izin untuk pergi. Saya pun tak lupa untuk berterima kasih padanya, dan mendoakan semoga Allah membalas kebaikannya. Saya juga tak lupa meminta nomer hpnya.

Setelah ia keluar dari mesjid. Rasa penasaran yang sejak tadi meliputi hati saya ingin saya tumpahkan. Amplop itu saya buka perlahan, saya ingin tahu apa isinya. Jantung saya masih berdebar-debar...

Ternyata.. di dalam amplop putih itu ada uang USD 700 (senilai lebih kurang 7 juta rupiah). Saya kaget. Apa saya tidak salah lihat. Atau mungkin salah hitung. Saya  teliti kembali. Iya ternyata benar, saya tidak salah hitung. Saya  lansung bersujud syukur di hadapan Allah. Tanpa terasa pipi saya basah. Air mata saya mengalir deras. Saya terharu. Allah telah mengabulkan doa-doa panjang yang saya panjatkan di penghujung malam selama ini.

Saya bergegas pulang ke rumah menemui istri . Setiba di rumah, saya katakan pada istri saya.

"Umi, ayo sujud syukur!"

Istri saya menjadi heran

"Kenapa Bi, ada apa?"

"Nanti abi bilang, sekarang Umi sujud syukur dulu, ntar Abi ceritain.."

Akhirnya istri saya sujud syukur.

Setelah itu saya ceritakan lah apa yang terjadi barusan di mesjid. Dan saya keluarkan uang itu dari amplopnya. Istri saya tak sanggup menahan rasa haru dan bahagia di hatinya..Ia kembali bersujud syukur pada Allah, sujud yang panjang dan penuh kepasrahan  dan tak terasah pipinya basah...

Begitulah kisah yang saya alami. Sehingga saya bisa pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini"  kata ust. Abu Anshar menutup ceritanya.

Mendengar cerita beliau saya ikut terharu.

Lalu saya  bertanya pada Ust. Abu Anshar, "Kalau boleh saya tahu, apa rahasianya sampai ustaz  dapat rezki dari arah yang tak terduga tersebut?"

Beliau hanya senyum, "Semuanya sudah diatur Allah.." jawab beliau singkat.

"Iya, saya ngerti, tapi saya ingin tahu, apa yang selama ini ust. Abu Anshar lakukan, maksud saya , amalan yang dirutinkan..?"

"Sebenarnya berat untuk saya katakan, tapi mudah-mudahan ada faedah dan pelajaran yang bisa diambil darinya."

"Selama ini, setiap malam, saya selalu berusaha untuk shalat tahajud. Dan di saat keheningan malam itu saya berdoa dengan pipi  yang selalu basah, karena derasnya air mata saya mengalir. Saya hanyut dalam untaian doa  yang panjang, meminta pada Allah, agar memberikan saya jalan keluar dan membuka pintu rezki untuk bisa pulang ke Indonesia menjenguk keluarga saya yang tertimpa musibah itu.

Saya hampir setiap hari ditelpon keluarga, diminta pulang. Tapi selalu saya jawab, "Saya tidak punya uang untuk pulang."

"Saya bingung harus meminta tolong pada siapa. Lama saya berpikir dan merenung, namun saya tak kunjung mendapatkan uang. Akhirnya, saya mengadu pada Allah. iya.. Hanya Allah tempat saya mengadu saat itu. Tak ada lagi tempat bagi saya meminta tolong dan menaruh pengharapan. Hanya Allah saat itu bagi saya yang bisa menolong saya  dengan cara-Nya."

"Saya pasrah sepenuhnya pada Allah, pada Tuhan yang telah menciptakan saya. Saya sangat yakin, hanya Allah yang bisa menolong saya dalam keadaan yang sulit ini. Sungguh, makhluk tak bisa berbuat apapun jika Allah tak menghendaki."

"Sehingga akhirnya, Allah menunjukkan jalan keluarnya. Alhamdulillah atas nikmat yang besar ini. Saya merasa, seolah-olah laki-laki dari  Arab Saudi yang tengah transit itu sengaja dikirim Allah ke Mesir untuk mengantarkan rezki pada saya. Allah sudah mengatur semua ini. Bahkan tatkala saya mencoba menelponnya agar bertemu dengannya pada pagi  hari itu juga, ia mengatakan bahwa sudah berada di bandara untuk kembali  melanjutkan perjalanan."

"Begitulah kisah Ust. Abu Anshar yang mengharukan dan penuh makna itu", ucap Ust. Hamdani menyudahi ceritanya.

Saya yang mendengar cerita itu dari ust. Hamdani juga merasa takjub dan ikut terharu. Sejaka saat itu Saya semakin yakin pada Allah. Saya akan memanjatkan berbagai permintaan pada Allah. Allah maha mendengar, maha tahu dengan kesulitan kita, maha melihat apa yang tengah menimpa dan kita rasakan. Ia mendengar rintihan suara kita, jerit tangis  kita, doa-doa kita di penghujung malam. Ia tidak tidur dan tidak mengantuk. Ia selalu mengawasi dan mengatur alam semesta. Subhanallah, segala puji hanyalah bagi Allah.

Kokohnya kepasrahan dan keyakinan ust. Abu Anshar mengingatkan saya pada firman Allah dalam kitab-Nya yang mulia, Allah berfirman, "...Dan barangsiapa yang berserah diri pada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya..." (QS at-Thalaq[65]: 3)

Saya juga teringat dengan firman Allah Swt dalam kitab-Nya yang mulia, Allah berfirman : "Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenakan bagimu." (QS al-Mukmin[40] : 60)

Dalam ayat lain Allah berfirman, "Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan..." (QS an-Naml[27]: 62)

Dari Jabir ra., berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya pada setiap malam ada satu saat, dimana tidaklah seorang muslim berdoa pada saat itu untuk kebaikan usrusan di dunia dan akhiratnya.  melainkan Allah akan kabulkan  permohonannya tersebut.  (HR. Muslim)

NB: Cerita ini saya dengarkan lansung dalam sebuah pertemuan singkat, dari ust. Hamdani. Kisah ini adalah kisah nyata. Dan beberapa ilustrasi saya tambahkan untuk menjadikan ceritanya mengalir. Tapi, saya tidak merubah inti kisah nyatanya.

Semoga bermanfaat buat kita semua, terutama penulis pribadi, amin..

Salam ukhuwah

marif_assalman@yahoo.com


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.