Spiga

Survei Gaji 2009: Masih Ada yang Hot

 

Survei Gaji 2009: Masih Ada yang Hot

Diambil dari Sajian Utama Majalah SWA 11/XXV/28 Mei – 10 Juni 2009.

Krisis tak menghalangi banyak perusahaan menaikkan gaji dan benefit karyawan dari level staf hingga CEO. Dari sejumlah sektor yang disurvei, sektor apa saja yang hot dan yang loyo?

Mariawati Santoso, GRP hanya tersenyum ketika dikonfirmasi tentang tingginya kenaikan gaji karyawan perusahaannya di kala krisis ini. Raut wajahnya tidak menunjukkan keterkejutan. “Memang, kami dikabari gajinya paling tinggi di antara perusahaan lain. Itu benar”, tutur VP Human Resources & Business Procurement Service PT. Prudential Life Assurance (Prudential) ini. Namun, dia merahasiakan berapa persen nominal kenaikan gaji di perusahaan asuransi jiwa asal Inggris itu.

Salah satu kebijakan renumerasi Prudential, menurut Mariawati, memberlakukan secara net alias tidak ada potongan pajak. Sebab, pajak penghasilan itu ditanggung Prudential. “Kalau di perusahaan lain, kan beda,” ia menuturkan. Bisa ditebak, akhirnya banyak karyawan yang sudah keluar dari Prudential ingin balik lagi.

 

Mariawati mengungkapkan, krisis global tidak mempengaruhi sistem penggajian dan perekrutan Prudential. Untuk perekrutan, misalnya, perusahaan ini berpedoman pada target perusahaan yang telah ditetapkan. Lantaran kinerjanya bagus, hingga kini pihaknya masih terus mencari karyawan baru. Dan Prudential memiliki strategi khusus agar karyawan happy. Selain didukung oleh 80% karyawan berusia dibawah 30 tahun dan dinamis, perusahaan itu juga mempunyai recognition committee, seperti kegiatan gala dinner, family day dan movie day.

Selain asuransi, sektor fast moving consumer goods (FMCG) pun  kebal terhadap efek krisis dari sisi penggajian. Simak penegasan Heri Soesanto berikut ini. “Apa yang selama ini berjalan, tidak ada perubahan disbanding sebelum krisis,” Corporate Human Resource Division Head PT. Mayora Indah Tbk. (Mayora) ini mengungkapkan. Malah, Heri menjelaskan, untuk karyawan lapisan bawah berada pada kategori normative plus. Artinya gaji mereka berada di atas ketentuan pemerintah.

Akan tetapi, tidak semua sector kondisinya seperti itu. Bernadette Themas bisa memaklumi mengapa ada perusahaan yang mampu menaikkan gaji dan ada yang tidak di kala krisis. “salary increment tidak hanya mengacu pada inflasi dan Gross Domestic Product, tapi juga kemampuan perusahaan,” ungkap Country General Manager BTI Consultants/Kelly Service ini.

Berdasarkan survey gaji per Mei 2009 yang dilakukan BTI Consultants, tiga sektor yang masih hot dengan tingkat kenaikan gaji lebih tinggi adalah asuransi (9%-13%), minyak & gas (8%-12%) dan FMCG (3%-11%). Diikuti sektor farmasi, logistic dan perkebunan yang masih-masing kenaikan gajinya 7%-10%. Kemudian, sector perbankan dengan tingkat kenaikan 6%-10%, teknologi informasi (TI) 6.5%-9%, serta telekomunikasi 0-9%.

Mengacu hasil segi gaji itu, cukup mengejutkan bahwa di sektor telekomunikasi ada perusahaan yang tidak menaikkan gaji alias kenaikannya 0%. Padahal, beberapa tahun belakangan terbilang tinggi dan industrinya boom. Mengapa? “Mereka benar-benar konservatif dalam menaikkan salary. Kalau dilihat beberapa tahun lalu, mereka cukup jor-joran dalam menaikkan gaji supaya tidak kehilangan talent. Tapi, sekarang mereka lebih smart, dengan memberikan retention bonus dan variable bonus,” papar Bernadette.

Ya, mayoritas perusahaan di Indonesia saat ini melakukan salary freeze increment dan hiring freeze. Alasannya macam-macam. Perusahaan telekomunikasi – operator seluler dan vendor – umpamanya, menganggap bahwa sebelumnya mereka telah memberikan gaji dengan level yang tinggi diantara pemain sejenis. Bernadette menduga, bisa jadi kebijakan itu dari kantor pusatnya, terutama perusahaan global. Mereka beranggapan, daripada melakukan PHK, lebih baik menyelamatkan perusahaan dengan efisiensi dalam hal pembayaran gaji.

Di Industri telekomunikasi, persaingan harga yang sengit di industry ini dan fakta bahwa semua pemain berlomba menawarkan harga termurah bisa jadi memperkecil kemampuan para pemainnya untuk meningkatkan gaji karyawan, maklum, dengan keharusan menjual layanan yang murah, margin keuntungan yang mereka peroleh makin menipis.

Bila dilihat secara detail per sektor, menurut kajian BTI Consultants, sektor migas memiliki standar gaji tertinggi. Di level CEO kisaran gajinya Rp. 125-250 juta, benefit-nya, antara lain, tunjangan rumah, mobil, THR, opsi saham, bonus, klaim transport, klaim ponsel, bonus prestasi, biaya pengobatan dan rumah sakit beserta keluarga, Jamsostek, dana pension, tunjangan liburan dan keanggotaan golf. Untuk wilayah-wilayah yang jauh, ditambah dengan tunjangan tiket pesawat, sekolah anak, hardship allowances, dan settling allowance.

Untuk level di bawah CEO, sektor migas pun masih memimpin. Lihatlah jabatan direksi gajinya Rp. 80-125 juta, manajer senior Rp. 57-79 juta, manajer Rp. 30-57 juta, manajer junior Rp. 10-30 juta dan staf (officer) Rp. 5-16 juta. Adapun benefit yang diterima level-level dibawah CEO itu nyaris sama.

Setelah migas, sektor telekomunikasi juga menonjol standar gaji dan benefit-nya. Di tingkat CEO, gajinya Rp. 100-200 juta dengan benefit: mobil dan sopir, klaim bensin dan parkir, bonus retensi, opsi saham, bonus manajemen, keanggotaan klub, klaim ponsel, biaya pengobatan dan rumah sakit, asuransi. Sementara itu, gaji direktur Rp. 60-100 juta, manajer senior Rp. 36-60 juta, manajer Rp. 30-50 juta, manajer junior Rp. 16-30 juta dan staf Rp. 5-16 juta.

Standar gaji sektor perbankan tak kalah dari telekomunikasi. CEO mengantongi gaji Rp. 130-200 juta dengan benefit meliputi: program kepemilikan mobil, kredit rumah, personal loan, asuransi jiwa dan kesehatan, klaim transport, tunjangan sopir, klaim ponsel, bonus level senior, pembagian keuntungan, keanggotaan eksekutif, bonus prestasi dan Jamsostek. Selanjutnya gaji direktur Rp. 60-130 juta, manajer senior Rp. 40-60 juta, manajer Rp. 20-40 juta, manajer junior Rp. 10-20 juta dan staf Rp. 5-10 juta.

Sementara itu, di sektor perkebunan, gaji untuk level CEO Rp. 107-164 juta. Direktur gajinya Rp. 35-100 juta, manajer senior Rp. 20-30 juta dan manajer Rp. 10-20 juta, manajer junior Rp. 6-10 juta dan staf Rp. 3,6-8 juta. Lalu di industry asuransi, gaji CEO Rp. 100-150 juta, gaji direktur Rp. 60-80 juta, manajer senior Rp. 25-40 juta, manajer Rp. 15-25 juta, manajer junior Rp. 9-15 juta dan staf Rp. 3-7 juta.

Gaji untuk entry level atau management trainee di sektor migas juga tertinggi dibanding sektor lainnya. Untuk level ini perusahaan migas bersedia memberikan gaji Rp. 6-10 juta, diikuti sektor perbankan dan FMCG 3,5-6 juta, telekomunikasi Rp. 3,5-5 juta, logistic 2,5-4 juta dan perkebunan Rp. 2,5-3,5 juta.

Bila kita cermati, sebenarnya dibandingkan dengan Negara-negara lain di Asia Pasifik, kenaikan gaji 2009 di Indonesia tidak terlalu jelek. Katakanlah di sektor FMCG, kisaran kenaikan gaji di Indonesia 3%-11%, sementara di Australia 3%-6%, Hong Kong 4%-7%, Malaysia 5%-8%, dan Singapura 4%-5,5%. Sementara di Thailand dan India kenaikan gaji di sektor ini memang lebih tinggi, yakni masing-masing 10%-16% dan 10%-13%.

Untuk farmasi, kenaikan gaji di Indonesia 7%-10%. Angka itu tergolong lebih gede dibandingkan Australia dan Singapura (4%-6%), Malaysia ( 5%-8% ). Sementara kenaikan gaji lebih besar lagi dicapai Thailand (9%-12%) dan India (12%-17%). Lalu kenaikan gaji sektor TI di Indonesia 6%-9%. Angka itu lebih rendah dibandingkan India (12%-17%) dan Thailand (6%-10%). Akan tetapi, angka tersebut mengungguli Australia (3%-5%), Hong Kong (4%-6%), Malaysia (5%-8%), plus Singapura (4%-6%).

Sejatinya di mata head-hunter, gaji tinggi bukanlah target utama para pemburu kerja, khususnya eksekutif. “Biasanya factor gaji ada di urutan kedua atau ketiga,” ujar Irham Dilmy, Mitra Pengelola Amrop Hever, tandas. Tentu saja ketika para eksekutif dibajak, otomatis gaji sudah meningkat minimal 30%. Namun, prioritas eksekutif melakukan moving adalah tingkat tantangan pekerjaan. Justru, para eksekutif bosan di lingkungan kerja yang mapan. Pertimbangan lain eksekutif pindah kerja: seberapa besar keterlibatan mereka dalam dunia bisnis internasional dan faktor keluarga.

Ke depan, selain sektor migas, telekomunikasi dan perbankan, masih ada beberapa sektor yang hot. M. Ali Akbar, konsultan karier dari JACC, menjelaskan, saat ini memang industry telekomunikasi bisa dikatakan sudah memasuki tahap maturity, dan posisi-posisi yang tadinya banyak dicari karena kehadiran pemain-pemain baru sekarang sudah terisi. Akan tetapi, banyaknya pemain baru yang kemudian menimbulkan situasi kompetisi yang tinggi pada tahap selanjutnya membuat beberapa posisi tertentu yang strategis menjadi banyak dilirik perusahaan di industry telekomunikasi, seperti penjualan dan pemasaran (manajer dan direktur), value added service (chief information officer, manajer dan engineer).

Sementara itu, untuk industry migas Akbar menambahkan, para profesionalnya banyak dicari karena keahliannya yang spesifik, seperti reservoir engineer (insinyur untuk pembuatan dan pengelolaan sumur) yang gajinya bisa mencapai US$ 300-500/hari untuk local dan US$ 500-700/hari untuk ekspatriat. Lalu, senior civil structure engineer untuk offshore, sub-surface engineer (bertanggungjawab atas kegiatan engineering di bawah permukaan laut), dan offshore installation manager.

Irham menambahkan, tenaga tambang migas terkenal dengan keahliannya yang sangat teknis. Tidak semua orang mempunyai keahlian seperti mereka. Orang-orang semacam itulah yang banyak dicari perusahaan pertambangan di seluruh dunia. Di Qatar, misalnya, perusahaan tambang bisa menawarkan gaji empat kali lipat dibandingkan di Indonesia. Dengan kondisi seperti itu, mau tidak mau perusahaan tambang Tanah Air juga harus menghargai mereka cukup tinggi.

Sektor TI, menurut Akbar, pun diperkirakan masih menjanjikan gaji yang bagus. “Terutama sektor TI yang support ke industri telekomunikasi,” ujarnya. Ia melihat, ada tren perusahaan TI untuk Asia Pasifik ke Indonesia dengan alasan yang sangat realistis, yaitu bisnis telekomunikasi di Indonesia adalah salah satu yang paling menjanjikan di dunia karena ada 9 operator telekomunikasi yang memperebutkannya.

Sektor perkebunan yang saat ini sedang agresif, menurut Akbar, juga menawarkan gaji yang lumayan bagus untuk posisi-posisi tertentu. Misalnya, group estate manager gajinya dianggarkan US$ 7-10 ribu/bulan, general manager forestry US$ 15.000/bulan, dan direktur SDM bisa mencapai Rp. 100 juta.

Junius Rumendei, Presdir PT JCI-Kimberly Executive Search International, menambahkan, konsultan keuangan korporat dan bisnis multimedia juga sector yang menarik di masa depan. Alasannya, masih banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga ahli, terutama bidang rekayasa keuangan, merger & akuisisi. Ini disebabkan banyaknya perusahaan yang secara fundamental bagus, tapi jatuh nilai pasar atau sahamnya. “Selain akuisisi, juga banyak perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, sehingga harus merestrukturisasi permodalan, jual perusahaan atau private placement. Alhasil, peran corporate finance advisors sangat diperlukan untuk memuluskan tujuan perusahaan-perusahaan itu,” kata Junius.*

 


This email is intended only for the use of the individual or entity to which it is addressed and may contain information that is confidential and may also be privileged. Any form of unauthorized use or dissemination is strictly prohibited. If you are not the intended recipient or if this email is otherwise sent to you in error, you should not disseminate, distribute or copy this email and you should delete it immediately and notify us. Thank you.